Trail Of Waving Hearts

Sabtu, 19 September 2015

macam - macam media promosi


MEDIA PROMOSI
1.       Media 3D
Media promosi outdoor yang bentuknya berdimensi dapat dilihat dari arah manapun, cenderung unik dan menarik yang mencerminkan suatu produk tersebut.
 
2.       Iklan tembok
Media promosi outdoor yang menggunakan tembok , jembatan, dll yang berada di sekitar keramaian (jalan raya) yang dimanfaatkan untuk media promosi.
            
3.       Spanduk
Media promosi outdoor yang biasanya terbuat dari kain atau bahan-bahan yang tahan dengan air dengan panjang dan lebar tertentu susuai kebutuhan. Spanduk biasanya dipasang di dinding ruko, melintang di atas ruas jalan dan sebagainya.
4.       Neon Box
Media promosi outdoor yang pada umumnya berbentuk sebuah box yang di dalamnya diterangi lampu neon. Model dan coraknya biasanya mencerminkan identitas dari usaha itu sendiri.
5.       Shop Sign Branding
Media promosi sebuah tempat usaha yang berfungsi untuk memberikan petunjuk kepada para konsumen. Media ini biasanya terletak menempel pada tempat usaha atau berada di sekitar area tempat usaha itu sendiri sebagai branding.
6.       Baliho
media promosi yang digunakan untuk memberitakan informasi event atau kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat, selain itu baliho juga digunakan untuk mengiklankan suatu produk baru.
7.       Pamphlet
Media promosi yang berupa terbitan tidak berkala yang dapat terdiri dari satu hingga sejumlah kecil halaman, tidak terkait dengan terbitan lain, dan selesai dalam sekali terbit. Pamflet satu halaman bisa merupakan cetakan satu muka saja maupun cetakan dua muka atau bolak-balik.
8.       Flyer
Penyebaran informasi melalui pesawat atau kendaraan yang disebarkan begitu saja di tempat umum. Media promosi ini melayang-layang sebelum diterima oleh target pembacanya.

Sinopsis REMEMBER WHEN:KETIKA KAU DAN AKU JATUH CINTA


REMEMBER WHEN (Ketika Kau Dan Aku Jatuh Cinta)

Hallo guys.. Hai... hai ...hai balik lagi nih bareng gue admin yang asyik dan cantek (ewwhh PD gila gue :P ). Untuk mengisi waktu luang gue nih , gue mau nge-posting sekilas synopsis film terbaru 2015 “Remember When (Ketika kau dan aku jatuh cinta)”. Buat kalian yang ngefans sama Maxime Bouttier pastinya tau dong film ini??? Hehehe Gue juga salah satu fansnya Kak Maxime seeh. Udah guys tanpa basa-basi(nasi kalee ah basi) nih langsung simak aja synopsis Remember When. Check This Out!!!
Cerita  percintaan di masa SMA memang selalu menarik untuk diikuti. Nah film bertajuk “ Remember When(Ketika Kau dan Aku Jatuhini juga akan bercerita tentang kisah cinta masa-masa di sekolah. Film Cerita Cinta diadaptasi dari sebuah novel karya Endik Koeswoyo berjudul sama. Film terbaru ini akan rilis di bioskop Indonesia pada 22 Januari 2015.
Freya adalah salah satu murid di salah satu sekolah di Jakarta. Freya berpacaran dengan Moses. Dalam film ini Moses memiliki watak yang  Freya berteman dengan Gia yaitu pacar Adrian. Adrian adalah cowok yang romantic, tampan , keren dan atletis. Adrian sangat sayang kepada Gia
Maxime Bouttier  sebagai Adrian
Michelle Ziudith sebagai Freya
Stella Cornelia sebagai Gia
Miqdad Addausy sebagai Moses
Adji Pangestu sebagai Papa Adrian
Monica Oemardi sebagai Mama Adrian
Bobby Samuel sebagai Erik

Cerpen About love


My Story : Rasa Di Ujung Cerita
Aku memandang langit yang memerah menandakan senja akan menampakkan dirinya dan mataharipun terbenam di ufuk barat, begitupun dengan senja yang telah memanggil burung kesayangannya untuk kembali ke tempat peristirahatan malamnya yang hangat. Kembali terbayang kisah-kisah indah bersama Virly dan Alya sahabat sejatiku. Lagi – lagi aku hanya termenung dan berusaha untuk lari dari kenyataan saat aku berhadapan dengan Virly. Berjuta kisah manis, beribu kenangan indah, sejuta harapan dan asa bersama , sejuta mimpi telah terukir di sepanjang lorong perjalanan kehidupan kita, bersama Virly dan Alya aku mengerti arti kehidupan yang sesungguhnya, tetapi hanya hitungan detik semuanya hancur tanpa sisa. Aku telah mencoba untuk menerima keputusan dia , tapi rasa persahabatan itu terlalu dalam dan suci untuk aku hilangkan dari otak dan perasaanku. Aku merasa sedang melangkah di atas kaca, jika aku mengingat kembali kejadian itu. Sebelumnya dia adalah sahabat sejatiku bahkan bisa juga dikatakan bahwa kita adalah sahabat  sehidup dan semati. Virly, Alya dan aku selalu bersama – sama melewati pahit manisnya hidup. Melewati setiap detik menjadi remaja yang bebas tetapi masih dalam batasan norma tentunya, menapaki perjalanan hidup yang penuh liku – liku. Persahabatan sejati kini telah kandas hanya karena sebuah kesalahpahaman. Sungguh di sayangkan jika tali persahabatanku dengannya  goyah  hanya gara – gara orang yang menurutku tidak penting sama sekali. Muak rasanya jika aku mengingat orang itu mendengar namanya saja sudah menghilangkan mood ku selama seharian penuh. Aku sangat saying pada sahabat – sahabatku, tetapi sebuah kesalahpahamanlah yang membuat kami harus terpecah – belah. Aku berharap dapat menemukan titik terang untuk menyelesaikan masalahku ini, beban hidupku sudah terlalu berat, aku ingin mejadi manusia yang tegar, tetap berdiri kokoh di tengah badai yang menghantam dari berbagai sudut. Tidak ada sedikitpun sesal di lubuk hatiku karena telah bertahan dengan kesetiaanku menunggu sebuah energy positif  perdamaian dengan Virly, walau Virly tak mampu melihat tulusnya sayangku kepadanya. Virly dan Alya adalah pelita hatiku, yang senantiasa menerangi ruang palung hati yang terdalam ini, saat ini, esok dan sampai nanti.
Virly marah kepadaku  saat kami mulai beranjak memasuki dunia baru kita “Masa Putih Abu – Abu” . Tiga bulan yang lalu tepat pada  saat kami memasuki SMA, di masa inilah adalah masa yang paling menyenangkan untuk para remaja. Karena di masa itulah kita bias meluapkan emosi kita, hidup kita terasa lebih sempurna , menjadi remaja yang bebas dan banyak mempunyai pengalaman yang menyenangkan tentunya. Memasuki dunia remaja baru adalah impian semua orang. Kami bertiga mendaftar di sekolah yang sama dan juga di jurusan yang sama yaitu di jurusan IPA. Sedangkan Alya memilih untuk memasuki jurusan IPS karena dia ingin jadi orang yang social.  Itu semua kita lakukan karena kita  tidak ingin berpisah.
Aku ingin hidup lebih lama, menikmati setiap keindahan yang terpancar di sudut bumi ini, mengarungi lautan samudera yang terbentang luas, menghirup dalam – dalam setiap oksigen dan energy positif yang di anugerahkan Tuhan sebagai bukti keagungan – Nya. Aku juga ingin menjadi Bintang Sirrius. Seburuk apapun cuaca di langit sana, dia akan senantiasa bersinar terang menemani bulan. Itulah khayalan setinggi langitku yang tidak mungkin rasanya untuk di wujudkan, itu hanya prinsip hidup , yang jika di pegang teguh, niscaya akam mengantarkan aku menjadi pribadi yang berhasil.
***
            Sehari sebelum masuk sekolah, semua peserta didik baru wajib masuk karena akan di beri pengarahan dan pengumuman tentang persiapan yang akan di bawa untuk menyambut Masa Orientasi besok. Aku  dengan teman – teman baru ku baris di lapangan. Wakil ketua OSIS menyampaikan semua yang harus kami lakukan besok, Ketua OSIS berhalangan hadir karena ada urusan yang pastinya sangat rumit untuk di jelaskan.
Bagi siswa cewek harus memakai nama yang dituliskan di karton dan dikalungkan di leher, memakai selendang yang terbuat dari jajanan , memakai kaos kaki 2 warna , wajah yang di olesi dengan arang ,rambut harus di ikat sebanyak tanggal lahirnya masing – masing diikat menggumakan permen yang sudah di talikan dan yang terakhir memakai tas yang terbuat dari karung. Semua persyaratan itu cukup membuat siswa baru bergumam sendiri , karena terlalu shock dengan pernyataan wakil ketua OSIS tadi, tetapi bagiku itu adalah hal yang biasa karena waktu SMP dulu , persyaratannya lebih gila lagi.
Aku, Virly dan Alya bergegas menuju mobil, aku tadi di antar sopir, kami akan menuju supermarket untuk membeli perlengkapan tadi. Setelah itu aku mengantar Alya dan Virly kerumah mereka. Masa orientasi tiba, Dimana banyak anak anak yang berpakaian aneh, dan juga dikerjain sama kakak osis nya. Aku berkemas membawa seluruh atribut yang perlu di persiapkan. Semuanya telah tertata rapi di ruang tamu, kini tinggal menunggu ayahku berkemas mempersiapkan dokumen – dokumen kantornya. Aku mengeluarkan ponselku , kucari kontak bernama Virly. Aku menelepon Virly , setelah sekian lama menunggu Virly tak kunjung mengangkat panggilan dariku, tidak biasanya Virly seperti ini.
“Shila.. apa kamu sudah siap Sayang?” Panggil Ayah mengagetkanku.
“Sudah Ayah.” Jawabku dengan nada bersemangat.
Aku kembali menelepon Virly di mobil, tetapi tidak kunjung di angkat juga.
“Ada apa dengan Virly.” Gumamku.
Sepanjang perjalanan kesekolah ku lalui dengan rasa gelisah, sampai akhirnya mobil ayahku berhenti di depan gerbang sekolah baruku. Akupun tersadar dari lamunan dan langsung  berpamitan dengan ayah.
            Kakiku mulai berpijak di tempat yang asing bagiku, maklumlah baru pertama hari masuk sekolah, rasanya aneh banget. Aku tampak asing berada disini, enggak satupun ku kenal dengan orang – orang disini kecuali sahabatku Virly, dan Alya. Aku melihat kakak – kakak disini wajah – wajahnya terlihat garang dan galak semua. Karena hari pertama aku sekolah, aku tampak bingung dengan sekolah ini. Aku bingung dimana kantin,ruang guru,WC,dan kelas aku nanti. Kakiku melangkah menyusuri setiap tempat di sekolah ini.
“Virly, Alya kalian di mana?” gumamku.
Lelah aku mencari Virly dan Alya, Aku duduk termenung di kursi taman belakang sekolah , tangan mungil seseorang tiba – tiba menepuk pundakku. Akupun terpernjak.
“Jangan melamun di  sini, bukannya ikut gabung sama teman kamu yang lain, malah enak – enakan disini. Sana cepat gabung.” Perintah orang itu.
Akupun hanya memperhatikan wajahnya tanpa megindahkan pernyataan dia, wajah kakak itu sangat mempesona. Menarik perhatian siapapun yang berhadapan dengannya.
“Malah bengong. Hellooow ... saya bicara dengan orangkan? Bukan dengan patung.” Lanjut kakak itu dengan nada yang sedikit tinggi mungkin kesal karena aku hanya bengong ketika dia bicara panjang lebar.
“Iya kak. Saya disini sedang menunggu teman.” Jawabku.
“Semuanya telah berkumpul di halaman depan adik manis.” Pelan tapi cukup menyindirku. Diapun membalikkan badan dan pergi begitu saja meninggalkan aku tanpa sempat ku tahu namanya.
Akupun berlari ke halaman depan mencari segerombolan siswa baru yang berkumpul. Aku ikut bergabung di deretan ratusan siswa baru. Semunya telah berbaris rapi siap untuk mengikuti upacara apel pembukaan Masa Orientasi Siswa. Semua mata tertuju kepadaku, betapa malunya aku karena hanya aku satu – satunya peserta MOS yang belum siap mengikuti apel. Pandanganku tertuju pada kakak laki – laki yang di taman tadi. Ternyata dia adalah ketua OSIS di sekolah ini.Kakak Kece tadi bernama Rafiko Nazzar Suryadinata. Oh My God.
Setelah apel selesai ,semua peserta mulai membuyarkan dirinya, mereka siap untuk mengikuti agenda selanjutnya. Tiba – tiba seseorang memanggilku.
“Hey...... kamu tadi yang terlambat.” Panggil kakak Wakil Ketua OSIS yang kemarin memberikan pengumuman. Aku langsung menghampiri kakak itu, dengan rasa takut yang menyelimuti.
“Hadeeh mau di apakan lagi aku.” Gumamku dalam hati.
Nama kakak itu adalah Celine, yang kuketahui dari Kartu Tanda Anggota OSIS. Kakak itu sangat sinis mukanya. Kakak itu sepertinya mempunyai hubungan yang istimewa dengan kakak Fiko, karena dari tadi aku memperhatikan mereka sangat akrab dan binar cahaya di mata kak Fiko menunjukkan  bahwa dia sangat mencintai kak Celine. Kak Celine cantik tapi judes.
“Kakak memanggil saya?” tanyaku dengan nada rendah
“Iya emangnya siapa lagi , kamu yang tadi terlambat kan?” Tanya kak Celine.
“Ada apa kak?” jawabku terbata – bata .
“Kamu tadi dari mana saja , semua sudah siap untuk apel, kamu malah baru dating.” Tanya kakak Celine dengan tegas.
“Saya tadi dari taman belakang kak, saya tidak tahu kalau semua sudah siap berkumpul disini.” Jelasku.
“Alasan saja kamu, kamu tahukan disini sangat tegas peraturannya. Ini sekolah faforit , semua yang menginjakkan kaki disini harus bersedia dan tunduk patuh terhadap peraturan yang ada disini, sebagai hukumannya kamu harus mencari salah satu kakak OSIS yang berulang tahun hari ini. Cari sampai dapat, dan bawa orangnya kesini. Kamu paham.” Perintah kakak sinis itu.
“Kalau kamu tidak bias menemukannya , kamu akan berlari keliling sekolah ini sebanyak 10 kali.” Sambung kakak Celine. Semakin menyebalkan saja kakak ini.
“Iya kalau ada yang berulang tahun hari ini kak? Kalau tidak ada bagaimana?” Tanyaku balik.
“Gue kasih bocoran sedikit, pokoknya hari ini ada yang berulang tahun, maka dari itu loe harus cari orang itu sampai ketemu dan bawa kesini.” Perintah Celine.
Aneh sekali hukumannya , masak aku di suruh mencari orang yang berulang tahun di hari ini , Hellooow ini sekolah luas banget. Tiba - tiba teringat di benakku rasanya hari ini ada sesuatu yang sangat istimewa bagiku.
“Ya ampun inikan hari ulang tahunku!!!”  aku sendiri lupa dengan hari ulang tahunku, saking sibuknya mempersiapkan MOS. Anehnya Virly, Alya dan keluargaku tak ada yang ingat. Aku mulai memutar otakku mencari ide , mencari kakak senior yang berulang tahun hari ini. Dimana aku harus mencarinya . Masak aku harus tanya satu per satu kakak – kakak senior itu.
“Dasar Celine gilaaa!!!” (batinku dalam hati)
 Aku berputar keliling Loby, mencari referensi. Kakiku berlari menuju ruang TU ,siapa tahu aku disana mendapatkan data tentang murid disini. Aku meminta izin pada admin TU, untung saja beliau mengizinkan aku untuk mengobrak – abrik datanya.
“Rafiko Nazzar Suryadinata 15 Juni 1996. Anak XI IPA 1.” Ku balikkan badan ku berlari menuju pintu keluar TU, sampai lupa mengucapkan sepatah kata terimakasih pada admin TU tadi. Sungguh sopannya diriku. Ku seka semua orang yang menghalangi jalanku, aku berlari mencari kakak Fiko Bertanya kesana kemari mencari batang hidung kakak Fiko. Ternyata dia berada di taman belakang membaca novel dan earphone yang terpasang di kupingnya.
“Permisi kakak.” Kataku perlahan.
“Ada apa?” jawabnya singkat . sepertinya aku telah mengganggunya.
“Maaf kak ganggu, apa kakak hari ini berulang tahun?” tanyaku langsung menuju ke permasalahan tanpa basa – basi.
“Anak kecil sok tau. Mau gue ulang tahun hari ini kek , besok , tahun depan. Itu bukan urusan loe” Jawabnya sinis dan masih asyik dengan novelnya.
“Kakak mau bantu aku nggak, aku kena hukuman karena terlambat ikut apel tadi kak, tolong kakak ikut aku sekarang , tolong?” pintaku memaksa. Kurang yakin apakah kakak Fiko akan mau atau tidak.
“Bukan urusan gue ini, suruh siapa loe pakai acara terlambat segala.” Jawab kakak Fiko dengan kesal.
Aku kembali memutar otakku . pandanganku tertuju pada kantin sekolah yang menjual berderet makanan. Kutinggalkan kak Fiko, kakiku melangkah ke kantin sekolah dan membeli 15 kue donat sesuai denga tanggal kahirnya. Ku berikan kue donat itu kepada kakak Fiko dan ku nyanyikan lagu “ Selamat Ulang Tahun” untuknya. Diapun memandangku dengan tatapan berbinar.
“Anak kecil yang keras kepala.” Gumamnya lirih. Tapi telingaku masih normal untuk mendengar perkataannya.
“Happy b’day kakak... entah karena alasan apa kakak gak mau merayakan ulang tahun kakak hari ini. Yang pasti kakak mau kan bantu aku. Kalau nggak aku bakal di suruh lari mengitari sekolah ini sebanyak 10 kali. Kakak tega melihat adik kelasnya sengsara?” kataku myerocos begitu saja.
“Sekali nggak tetep nggak. Mending kamu cari orang lain , aku nggak suka di paksa” pungkas Kak Fiko meninggalkan aku.
“Huh menyebalkan sekali kakak itu, di mintai tolong saja susahnya minta ampun. Apa dia gak pernah di ajari tentang tolong – menolong. Hatinya tak setampan wajahnya. Dasar  Kakak Judes.”  Gumamku sebal dengan orang itu.
Aku menghampiri kak Celine yang tadi memberikan hukuman kepadaku tamatlah riwayatku, yang benar saja ternyata dia bukan sekedar gertak sambel .Dia menyuruhku berlari keliling sekolah sebanyak 10 kali. SANGAT MENYEBALKAN!!!!! Perlakuan Celine dan Fiko tidak akan pernah kulupakan , betapa malunya diriku.
“Shil..” teriak Virly.
Aku langsung berlari menghampiri dia.
“Kemana saja kamu Vir.” Tanyaku meminta penjelasan kepada Virly.
“Oo. Tadi aku sengaja berangkat pagi karena aku mau bertemu dengan seseorang Shil. Maaf  ya membuat kamu khawatir Nona Manis.” Jelas Virly.
 Begitulah Virly menyebutku dengan panggilan Nona Manis.
“Ponsel kamu nggak kamu bawa?” tanyaku pada Virly.
“Ya ampun.. aku lupa membawa ponselku Non. Tadi aku menaruhnya di kamar dan aku lupa untuk membawanya.” Virly  mencoba menyakinkan aku.
“Maaf telah membuatmu menunggu Non.” Sambung Virly.
“No Problemo.” Jawabku singkat. Pertanda bahwa aku masih kesal dengan Virly karena dia telah membuatku mengitari satu sekolah yang luasnya tidak bias dihitung dengan kalkulasi pikiranku.
“Kamu capek ya Shil, kamu tadi kena hukuman ya , aduuh kasian banget sih nona manisku ini, aku belikan minum ya.” Virly terus nyerocos seakan – akan tidak memberikan celah kepadaku untuk menjawab pertanyaannya.
“Ini semua gara – gara senior gesrek itu, masak gara – gara terlambat beberapa menit aku langsung kena hukuman , mana hukumnnya aneh lagi. Sebbel gue.”
“Maklumlah Non, para senior itu saat ini sedang merayakan hari kemenangannya karena bias ngerjain adik kelasnya se-enak jidatnya. Yang sabar ya Non. Lagian kamu tadi dari mana saja sih?” Tanya Virly penasaran.
“Aku tadi nyariin kamu sama Alya , adanya aku yang nanya kamu itu tadi di mana aja.”
“Hehehehe... ya maaf  tadi aku dan Alya ikutan berderet mengantri di tengah lautan kaum hawa hanya untuk melihat Kakak Ketua OSIS yang kecenya gak bisa di ungkapkan dengan kata – kata.” Jelas Virly mencoba mengalihkan perhatian.
 “Masak, lebay kamu Vir.” Jawabku.
“Di bilangin gak percaya, dia ketua OSIS di sekolah ini. Itu alasan mengapa aku berangkat pagi sekali tadi. Aku Cuma ingin menyambut kedatangan si pangeran Kece itu.
Mungkin yang di maksud Virly adalah Fiko orang yang telah membuatku kena hukuman. Sungguh malas aku mendengar namanya.
“Maksud kamu Fiko?” tanyaku pada Virly.
“Yupzz , gimana dia gantengkan?” Tanya balik Virly.
“Muka standart kayak gitu,  di mana – mana ada. Aku benci sama dia, gara – gara dia Aku kena hukuman. Aku bersumpah nggak akan pernah suka sama dia, kalau aku sampai suka sama dia, aku rela di kasih hukuman yang seberat mungkin.” jawabku kesal dan menutupi kenyataan bahwa Fiko memang sangat tampan. Hidungnya mancung, bulu matanya lentik, badannya tegap, kulitnya putih bersih, fisiknya  hampir mendekati sempurna. Tetapi jika mengingat perlakuannya tehadapku tadi, aku benar – benar kesal kepadanya.
Di tengah pembicaraanku dengan Virly , Alya pun dating dengan wajah ceria sepertinya dia sedang merasa bahagia bak terbang kea lam nirwana.
“Hey .... seneng banget deh ,aku baru saja ngobrol sama kak Fiko.” Kata Alya dengan nada yang kegirangan. Ya ampun lagi – lagi nama itu yang menjadi topic pembicaraan, orang kayak gitu aja masak jadi trending topic di sekolah seluas ini. Aku mulai muak dengan pembicaraan ini. Sedangkan mereka berdua semakin asyik membicarakan cowok judes itu.
“Gak ada topic pembicaraan lain selain membahas cowok itu.” Celaku dengan sikap yang benar -  benar menaruh kebencian terhadapnya..
“Kamu kenapa sih Shil, sewot banget sama kak Fiko?” Tanya Alya panasaran.
“Iya kamu Non , sinis banget sama pangeran keceku. Kamu ada masalah apa sama dia?” Virly  juga ikut – ikutan mengintrogasi aku.
“Nggak apa – apa kok.” Jawabku singkat.
“Hati – hati lo Non , kalau bencinya kebangetan nanti berubah jadi benar – benar cinta looo...”  Alya mengejekku.
“Gak pernah dan nggak akan pernah aku suka sama dia setelah perlakuan dia sama aku tadi , kalian aja sama dia.” Aku mencoba menyakinkan
“Ok, fine aku pegang omonganmu Non.” Sahut Cindy
“Eh gue tahu kenapa tadi loe disuruh nyari orang yang berulang tahun hari ini. Karena orang yang berulang tahun hari ini adalah kak Fiko. Gue denger dia itu paling anti dengan yang namanya perayaan ulang tahun. Kayaknya itu deh alasannya Celine suruh loe cari orang yang berulang tahunhari ini Shil, dia pengen ngerjain loe doang.” Papar Alya.
Priiiiiiiiiiitttt....... prittttttttttt......... prittttttttt  peluit itu menjerit tepat pada waktunya, sedikit membantuku untuk menghindar dari obrolan yang kurasa kurang menarik ini. Mereka selalu membahas Fiko. Huft menyebalkan sekali.
            Hari pertama MOS sangat melelahkan, badanku terasa ingin rontok semua. Setelah ini aku berfikir utnuk langsung pulang, merebahkan badanku di kasur kesayanganku, menyandarkan seluruh tubuhku di persinggahanku sampai esok pagi.Betapa nyamannya, tetapi rencanaku buyar seketika, setelah Virly dan Alya mengajak aku untuk pergi jalan – jalan ke Mall. Aku tidak bias menolak tawaran ke-dua sahabatku ini. Terpaksa aku menuruti ajakan mereka. Di sepanjang perjalanan , Virly dan Alya mendiamkan aku , mereka tidak mengajak aku ngobrol. Mereka asyik membahas Fiko, orang yang baru saja di kenalnya. Aku didiamkan seperti patung.
            Tiba di halaman Mall , Virly dan Ane mengajak aku mengitari setiap sudut Mall tanpa tujuan yang jelas, mereka benar – benar menyebalkan , bahkan tidak ada satupun dari mereka yang ingat dengan hari teristimewaku ini. Tiba – tiba Virly mengajakku ke kamar mandi, Alya pergi di salah satu cafe yang ada di Mall. Tingkah laku Alya dan Virly sangat aneh , mereka seolah menutupi sesuatu dariku. Begitu Virly keluar dari kamar mandi, dia langsung menuju ke tempat Alya.
“Surpriseeeee....” teriak orang – orang di cafe begitu aku memasuki pintu masuk kafe yang sangat gelap dan tiba- tiba lampu menyala serentak.
“Happpy b’day Nona Manis.” Ucap Virly kepadaku
Ternyata dugaanku salah mereka semua bahkan telah merancang pesta kejutan untuk diriku. Disana juga ada bunda dan ayahku yang ikut bersekongkol membuatku kesal seharian.
“Thanks you guys... I’m so happy.” Jawabku dengan terharu.
Dari sekian banyak orang yang ada di cafe itu, aku tidak melihat batang hidung kakak laki – lakiku , Bang Hamka. Mungkin dia masih marah sama aku, gara – gara dia mengira seluruh perhatian ayah dan bundaku mereka curahkan hanya untuk diriku. Kemarin saja di rumah, Bang Hamka rebut besar sama Ayah dan Bunda sampai dia memutuskan untuk meninggalkan rumah. Aku berharap Bang Hamka bias terbuka pit hatinya untuk kembali ke rumah. Aku merasa bersalah sama Bang Hamka, aku telah menggoreskan luka yang cukup dalam di hati bang Hamka, luka yang mungkin tidak ada obatnya. Bang Hamka kalau di rumah hanya mengubur dirinya di kamar, karena dia merasa tersisih dan terabaikan.
“Bang Hamka ma’afkan Shila bang.” Gumamku dalam hati
Ku peluk ayah dan bundaku dengan erat seakan aku tak ingin melepas pelukan itu. Walaupun pesta ini sederhana, tetapi justru kesederhanaan inilah yang membuat pesta ini menjadi penuh makna dan penuh arti.
“Bun, bang Hamka mana?” tanyaku pada bunda.
“Sudahlah Shil jangan membahas itu sekarang, nanti kalau plang bunda ceritakan.” Jawab bunda.
“Shila sudah tahu jawabannya kok bun, Bang Hamka belum pulang kan.”
“Lupakan sejenak saja sayang , ini hari jadi kamu, ayah harap kamu bias bersenang – senang mala mini, tanpa ada secuil beban pikiran yang mengendap di pikiranmu.” Sela ayah.
“Baiklah ayah.”
            Seraya kami menikmati hidangan yang tersedia, di ujung pintu masuk kafe ini, aku melihat sosok laki – laki yang tidak asing bagiku. Ya benar itu kak Fiko beserta genk-nya , mereka bias di bilang pangeran – pangeran sekolah. Tiba – tiba saja Virly tanpa malu menghampiri kak Fiko, dan yang lebih mengejutkan lagi Virly mengajaknya untuk bergabung.
“Selamat ulang tahun.” Sangat mengejutkan kak Fiko mengucapkan ucapan ulang tahun untukku, di susul dengan kak Dennis, kak Verrell , dan  kak Jhony. Sungguh tak ku sangka
“Iya kak, sama – sama. Kakak juga happy birthday ya.” Balasku.
“Kakak – kakak yang kece – kece ini kalau mau pesan makanan , tinggal paggil waitersnya aja ya kak. Gak usah sungkan.” suruh Virly dengan centil.
Huh dasar Virly mggak bias lihat yang bening sedikit. Betapa salah tingkahnya aku , kak Fiko benar – benar membuat aku mati gaya. Ternyata setelah aku telusuri dan mengorek informasi dari teman – teman kak Fiko, kenapa kak Fiko paling anti dengan yang namanya perayaan ulang tahun adalah karena semakin dia bertambah umur semakin berkurang juga kesempatannya untuk hidup lebih lama. Aku rasa kak Fiko adalah sosok orang yang takut mati.
Peristiwa kemarin malam, terus mengusik pikiranku. Rasa aneh kepada kak Fiko, dia begitu berbeda,perlakuannya terhadapku tidak seperti kemarin siang.
“ Shilaaa... Cepat mandi.” panggil Bunda dari luar kamar. Tanpa Bunda ketahui bahwa aku sudah bersiap untuk berangkat.
“Semoga MOS hari ini tidak begitu menyebalkan seperti hari kemarin Ya Allah.” Pintaku dalam hati.
Aku memasuki gerbang sekolah dengan harap – harap cemas. Virly sudah siap siaga menunggu kedatanganku dengan Alya. Dia tampak ceria , entah hal apa yang mampu membuat hatinya berbunga – bunga hari ini.
“Ayo Vir kita masuk.” Ajakku pada Virly.
“Kamu duluan aja La, nanti aku nyusul.”  Jawab Virly.
“Kamu nungguin siapa sih, nungguin Alya yaa?”  
“Kamu kepo banget sihhh Non. Mendingan kamu duluan aja nanti aku nyusul. OK.”
“Ok deh aku duluan ya.”  Jawabku.
            Tiba – tiba saja Virly menepuk pundakku dari belakang, semenjak dari gerbang tadi dia sangat kegirangan.  Dari hari pertama kita MOS kemarin Virly sangat berbeda, dia nampak ceria belakangan ini. Apa dia suka sama salah satu siswa di sini.
“Tebak deh Shil. Aku dapet nomor ponselnya kak Fiko.” Kata Virly kegirangan sambil mengotak – atik ponselnya.
“Ya ampun kak Fiko lagi.. apa sih istimewanya dia?” jawabku kesal.
“Tau nih Virly, aku juga mau kali di kasih nomor ponselnya. Aku minta dong Vir. Kamu cantik deh.” Rayu Alya nampaknya dia juga suka sama kak Fiko.
“Heran deh Shil, masak kamu gak suka sama dia. Munafik banget kalau ada cewek yang gak suka sama kak Fiko” Sahut Virly.
“Iya sih dia ganteng, tapi kelakuannya itu lo yang bikin aku illfeel. Dia dan genk-nya sok kecakepan , merasa mereka paling populer di sekolah ini.” Jawabku kesal.
“Nggak kok kak Fiko gak kayak gitu.” Sahut Virly dan Alya serentak.
“Terserah kalian aja, mau percaya apa nggak.” Pungkasku meninggalkan mereka berdua.
            Aku mencoba  menenangkan diriku di taman belakang. Aku sangat kesal kepada mereka berdua yang memuja Fiko laksana dewa.
“Nggak baik cewek duduk ngelamun di sini.” Sapa kak Verrell dari belakang.
“Ada apa?” jawabku masih terlihat kesal.
“Judes banget sih. Kamu yang kemarin ulang tahun itu kan?”
“Udah deh kak, jangan tambah bikin moodku down. Mending kakak ngurusin urusan kakak sendiri deh , jangan ngurusin urusan orang lain.” Jawabku kesal. Dan kakak Verrell langsung membalikkan badannya dan langsung pergi meninggalkan aku.
Aku gak suka orang lain ikut campur urusanku. Hidupku biar aku sendiri yang mengendalikannya, bukan Ayah, Bunda , Kakakku, Virly dan Alya atau siapapun. Mereka hanya sebagai penasehat saja , tetapi tanpa adanya mereka hiup terasa hambar. Mungkin aku sangat egois.
Tak ku sangka , orang yang mampu membongkar sifat asliku adalah kak Fiko, sebelumnya aku tidak akan pernah terpancing dengan emosi, Bahkan Ayah Bundaku memarahi aku sampai seluruh dunia bergetarpun, aku tak akan meledak – ledak dan melawan Ayah – Bundaku.seumr hidupku baru kali ini aku marah sama seseorang sampai separah ini. ADA APA DENGAN DIRIKU?
Aku merasa bersalah dengan kak Verrell, aku tadi telah membentak dia, mencaci dia. Aku berlari mengejar langkah kak Verrell untuk meminta ma’af, dan semoga aku menapatkan ma’af darinya.
“Kak Verrell....” Teriakku.
“Apa lagi?”
“Kak Verrell aku minta ma’af .”
“Minta ma’af untuk?” Tanya kak Verrell.
“So-al yang tadi kak.”
“No problem.” Jawabnya singkat.
“Kakak dingin banget sama saya. Kakak masih marah?”
“Nggak ada alasan buat gue untuk marah sama loe.” Jawab kak Verrell.
“Tuh kan kakak marah.."
“Kamu sebenarnya kenapa sih Shil, kelihatannya kamu lagi banyak banget beban hidup.” Tanya Kak Verrell.
Baru kali ini aku akrab dengan kakak kelas yang baru saja aku kenal.
“Aku punya banyak masalah kak di rumah. Kakakku marah sama ayah dan bundaku. Dan sekarang dia kabur dari rumah karena ia merasa tersisih.”
“Ya udah kamu yang sabar , cepat atau lambar kakak kamu pasti bakal pulang, percaya deh Shil. Kamu baik, tapi sedikit emosian.”
“Iya kak aku belakangan ini memang berubah menjadi orang yang emosian, mungkin karena aku banyak masalah.”
“O iya kak aku mau tanya, kakak ada pertalian darah sama kak  Fiko, kok wajah kalian ada kemiripan?” lanjutku.
“Iya kami sepupu-an.”
“udah sana kamu gabung sama yang lain, udah mau di mulai acara selanjutnya ini.” Perintah kak Verrell.
“Siap boss.” Pungkasku.
Tanpa terasa sudah 2 hari berlalu , akhirnya MOS telah berakhir. Kakiku dengan ringan keluar dari gerbang sekolah tak seperti biasanya. Aku sudah sedikit bias bernafas lega , terbebas dari belengu penderitaan yang seakan –akan tak henti- hentinya menyiksaku.
“Mau bareng sama gue.” Tanya seseorang dari belkang tubuhku. Suara itu tak asing lagi untuk telingaku. Ternyata itu suar kak Fiko.
“Tidak terimakasih, aku sudah di jemput Ayah, paling sebentar lagi ayah dating, kakak duluan aja.” Jawabku pada kak Fiko Entah kesambet setan apa, Dia ngajakin aku pulang bareng.
“Ya udah gue tungguin loe aja deh ,sampai ayah loe jemput. Disini sudah gak ada siapa – siapa , kasian kalau loe nungguin sendirian.”
“Kakak mendingan pulang aja duluan, aku gak apa – apa kok nunggu sendiri di sini.”
“Gue pulang duluan kalau gitu. Hati – hati disini banyak penjahat.”
“Jangan nakut – nakutin deh. Mending pulang aja sana.” Bentakku.
“Ok fine gue pergi.”
Sekian lama aku menunggu kedatangan ayah , tapi ayah gak kunjung dating. Nyesel tadi aku kenapa gak mau di anterin sama kakak tengil tadi.
“Masih belum di jemput juga.” Kakak Fiko kembali lagi.
“Ngapain kesini lagi sih?”
“Yeeee, GR orang gue mau ngambil proposal OSIS yang ketinggalan.” Jawab Fiko.
Diapun melenggang masuk sekolah. Ayah ku ternyata gak bias jemput dia lembur hari ini. Tengsin dong aku kalau pulang bareng kak Fiko.
“Gimana , mau bareng sama gue. Ini tawaran yang terakhir. Tidak ada tawaran yang ke-tiga kalinya lo Shil.”
“Ok, aku bareng sama kakak. Kakak tau namaku dari mana?” tanyaku seakan – akan ingin tahu.
“Mata gue masih normal kali buat liat karton nama loe.”
“Ayo , naik.” Sambung kak Fiko.
Sepanjang perjalanan ku lalui dengan rasa hambar, bak sayuran tanpa garam. Tak ada sepatah obrolan yang mewarnai perjalanan tadi. Sampai akhirnya Kak Fiko memulai pembicaraan.
“Shila. Kamu laper nggak, kita makan dulu yuk.” Tanya kak Fiko cukup mengagetkanku.
“Tadi kakak bilang apa?”
“Hadeeeh lemot, tadi aku bilang kamu laper nggak?” teriak kak Fiko.
“Tapi gak usah ngatain lemot juga kali, aku cukup pinter kok. Di SMP aja aku dapat juara parallel terus.”  Jawabku.
“Tau deh yang bintang kelas, habisnya kamu sih di tanyain malah bengong. Pertama kali ini ya di boncengin sama cowok seganteng dan sekeren gue.” Ejek kak Fiko sambil terkekeh.
“PD banget sih.” Jawabku singkat.
“Di ujung jalan sana ada Mall. Kita berhenti dulu yuk, cari makan laper banget nih seharian ndampingin peserta MOS yang muridnya beeeh , bandel dan anarkis abis. Termasuk kamu.”
“Kayak situ nggak pernah gitu aja. Udah deh kak obrolan kita makin nggak nyambung dan bikin aku kesel.” Tutupku.
“Ihhh ngambek. Iya deh maaf. Jangan Ngambek dong Chubby.” Rayu kak Fiko.
Tanpa terasa kita berdua sudah sampai di depan Mall. Kitapun memarkirkan sepeda motornya kak Fiko dan menuju ke salah satu  kafe di Mall. Kak Fiko menggandeng tanganku sampai tiba di kafe yang menjadi tujuan kita. Pikiranku melayang, Tuhan kak Fiko menggandeng tanganku. Setahuku dia sangat selektif mengajak teman perempuannya jalan – jalan , bahkan hamper tidak pernah. Paling kalau jalan – jalan atau nongkrong pasti bersama kak Verrell, dan kawan – kawan, itupun informasi yang ku dapat dari Virly. Jadi hal yang langka jika kak Fiko mengajak cewek jalan – jalan.
“Kamu duduk di sini, biar aku yang pesen menunya.OK chubby.” Perintah kak Fiko.
Dia sangat perhatian sama aku. Persepsiku mengenai dia 180 derajat berbeda. Aku salah menilai kak Fiko.
***
Muka judes Virly dan Alya sudah siap menyambut kedatanganku di sekolah. Ada sesuatu yang membuat mereka memasang muka serem seperti itu. Pagi itu, entah dari mana datangnya, entah siapa yang membuat ulah dan membuat sekolah cukup heboh dengan gossip yang tak sedap di dengar telinga. Dari awal Virly menginjakkan kaki di sekolah, sayup – sayup dia mendengar obrolan anak seantero sekolah, yang tak jelas topic pembicaraannya.
Tiba – tiba saja Virly menarik tanganku dengan erat, sepertinya dia sangat marah kepadaku.
“ Kamu munafik Shila.”
“Maksudmu apa Vir?”
“ Jangan seperti kura – kura dalam perahu. pura – pura tidak tahu! Loe kemarin jalan sama Fiko kan? Bilangnya aja dia bukan tipe loe. Eh taunya di embat juga. Munafik dasar!”
“ Dengerin penjelasan aku dulu Vir, kemarin itu kak Fiko cuma mau nganterin aku pulang, ayahku nggak bias jemput kemarin.”
“Nganterin kamu kok sampai Mall. Rumah kamu sudah pindah ke Mall?”
Kringggggggg........kringggggg............kringggggggg. Bel tanda masuk berdering.
“Masalah kita belum selesai.” Pungkas Virly dengan membawa sejuta amarah.
Aku merasa nggak enak sama Virly, selama mengikuti pelajaran Pak Tristan tidak ada secuil ilmu yang bias tercerna oleh otakku. Amarah Virly tadi benar – benar mengganggu konsentrasiku.
“Semua ini gara – gara Fiko.” Gumamku.
“Hai Shila.” Sapa kak Fiko di kantin sekolah.
“Ada apa?”
“Boleh aku duduk?”
“Kursi di sini milik umum , nggak ada hak buatku ngelarang siapa aja untuk duduk disini.” Jawabku dengan muka judes.
“Kamu kenapa sih, bentar – bentar baik , bentar – bentar judes banget. Labil kamu Shil”
“Emangnya kamu nggak denger ya , hamper semua anak di sekolah ini ngomongin kita berdua gara – gara kemaren kakak nganterin aku pulang. Kakak kok cuek aja, aku sampai di musuhin sama temen – temenku yang ngefans dan suka sama kamu kak.”
“Kupingku sudah terlalu kebal untuk mendengar gosip murahan seperti itu, hamper semua yang aku lakuin di luar sana menjadi bahan gossip yang mereka rasa menarik untuk menjadi topic perbincangan, jadi kamu nggak usah ribet gitu.”
“Susah ngomong sama orang yang gila popularitas.”
“Gue nggak gila popularitas, tapi mereka sendiri yang mengidolakan gue. Gue juga merasa lelah dengan kehidupan ini Shil. Ingin rasanya aku berlari sejauh mungkin, meninggalkan realita ini. Aku sudah jenuh dengan semua ini Shil.”
“Tapi kenapa kakak nggak nyoba utarakan keinginan kakak kepada semua orang, kalau kakak nggak ingin di kekang, kakak ingin bebas ngelakuin apa aja tanpa tergores rasa takut di mata – matain.”
“Susah Shil.”
“Segala sesuatu di dunia ini jika di lakukan dengan ikhlas dan tulus akan terasa mudah kak, asalkan kita ngelakuinnya dengan ketulusan hati dan dengan niat yang sungguh – sungguh.”
Lagi – lagi aku kembali termenung, pikiranku melayang mencoba mencari sebuah titik kedamaian, karena hanya di titik itulah aku bias berfikir secara logis. Aku mencoba berkhayal menggantikan peran kak Fiko,  jiwaku membumbung tinggi  ke cakrawala bersama bebebasan yang tak terikat. Aku meresapi setiap aliran waktu hingga akhirnya aku mulai mengerti apa yang menjadi keinginan kak Fiko selama ini. Dia hanya ingin bebas ,terlepas dari kehidupan yang menurut dia sangat melelahkan.
“Adakalanya kita merasa jenuh dengan jalan cerita hidup kita, tapi dengan kejenuhan itu seharusnya kita bias belajar tentang cara menghadapi problema kehidupan. Memang ketika manusia ditekan diluar batas kewajaran, maka insting pertama adalah memberontak. Tapi kita harus berfikir jernih kak, semua ada hanya karena kehendak dan takdir – Nya. Sekarang gini, kakak anggap saja semua fans kakak itu adalah kerikil – kerikil kecil yang mejadi penghias kehidupan kakak. Tanpa adanya mereka , hidup kakak pasti akan terasa hambar dan lempeng saja kan? Kesulitan akan gampang dipecahkan dengan mengubah cara pandang kita. Tuhan menciptakan kehidupan begitu adil. Seharusnya kakak bias bersyukur.”
“Semua ucapan kamu itu betul, tapi hal seperti inilah yang membuat orang – orang yang benar – benar tulus saying kepadaku merasa nggak nyaman. Bukankah kamu juga? Kamu mulai merasa nggak nyaman dekat denganku, karena selalu menjadi bahan perbincangan.”
“Memang kak, tetapi tidah ada masalah yang tidak ada solusi, tergantung bagaimana kita menyikapinya, apakah kita akan berhenti di masalah tersebut dan mencoba mencari sebuah titik terang ataukah kita akan lari dari kenyataan dan meninggalkan masalah tersebut tanpa sedikitpun  jejak.”
            Kakak Fiko hanya termangu meresapi sepatah demi patah kata yang terlontar dari mulutku.
“Aku ke taman dulu kak, mau tenangin pikiran. Kupingku pengang denger seluruh ruh penghuni sekolah ini membicarakan kakak.”
“Jangan pergi dulu Shil, aku masih mau cerita sama kamu. Sebenarnya aku sudah punya orang yang istimewa.”
“Maksud kakak, kakak sudah punya pacar??” Jawabku kaget.
“Iya dia Celine anak XII IPA 1. Kamu kenal kan?
“Apa??! Kakak pacaran sama Celine?” Aku semakin kaget.
“Siap yang nggak kenal sama Celine.orang yang membuat kakiku pegal – pegal karena menhukumku mengitari sekolah sebanyak 10 kali.” Gumamku dalam hati.
 “Seharusnya semua yang kakak miliki saat ini merupakan hal yang patut di syukuri. Kakak harus selalu introspeksi diri dan selalu bersyukur kepada Tuhan. Aku sebutin satu – satu ya kak anugerah Tuhan yang telah di berikan sama kamu. Pertama, Kamu terlahir dengan anggota tubuh yang sempurna. Kedua, Mempunyai paras yang rupawan. Ketiga, banyak orang yang saying  dan perhatian sama kamu. Ke-empat, orang terpopuler di sekolah. Ke-lima, punya pacar yang cantik dan semoga hatinya juga cantik. Semua anugerah Tuhan itu masih belum cukup juga untuk membuat kakak megucapkan rasa syukur kepada Tuhan?” Lanjutku.
            Tuhan menciptakan kehidupan begitu adil, manusia tidak lepas dari kekurangan dan kelebihan, tetapi dengan kekurangan itulah kita bias belajar arti hidup yang sesungguhnya. Seharusnya masalah yang di hadapi kak Fiko saat ini, bias dia mafaatkan sebagai acuan untuknya supaya menjadi pribadi yang lebih baik lagi, seharusnya dia bersyukur karena di karuniai oleh Allah banyak kelebihan. Parasnya rupawan, dia pintar, pandai bergaul dan berorganisasi. Manusia se-istimewa itu masih belum bias bersyukur?
***
 “Heey kamu anak baru.” Teriak Celine kepadaku.
“Kakak manggil saya?”
“Udah deh gue nggak mau basa – basi sama loe. Loe jangan ngedeketin Fiko lagi. Dia itu pacar gue.”
“Iya aku juga sudah tahu kok, tenang aja kakak nggak perlu risau, nggak perlu kawatir. Yang santai kayak di pantai , Yang rileks kayak di kompleks dan jangan panic kayak naik Titanik  , aku nggak bakal tertarik sama yang Kak Fiko. Dia sudah aku anggap kayak kakakku sendiri.” Jawabku diselingi sedikit gurauan.
 “Loe jangan sok asyik sama gue, gue tegasin satu kali ini lagi ya loe jangan berani ngedeketin Fiko lagi.”
“Kakak terlalu overprotective sama Kak Fiko. Semakin erat kamu mengenggam pasir di tanganmu semakin besar pula resiko kamu akan kehilangan pasir itu, karena semakin erat kamu menggenggam pasir itu, dia akan mencari celah utuk keluar.” Jawabku meninggalkan Celine dengan muka yang masih memerah.
 “Shila.” Panggil Virly dengan nada yang dingin pertanda dia masih marah denganku.
“Loe keterlaluan Shil, dulu loe bilang nggak akal suka sama Kak Fiko. Baru beberapa bulan kamu kenal sama kak Fiko tapi kamu terkesan sudah sangat lama sekali kenal sama kak Fiko. Padahal aku yang duluan suka sama dia, tapi kenapa kamu duluan yang deket sama kak Fiko. Gue kecewa banget sama loe Shil.” Papar Virly seperti tidak memberiku celah untuk berbicara.
“Kamu dengerin penjelasan aku dulu Vir, aku capek ngejelasin ini berkali – kali sama kamu. Aku sama kak Fiko nggak ada hubungan apa – apa. Kita Cuma temen, kak Fiko nganggep aku sebagi adiknya. Iya aku akuin awalnya memang aku nggak suka bahkan benci sama dia, tapi setelah gue piker – piker lagi dia nggak seburuk dari yang gue kira, dia baik. Soalnya dia sudah punya pacar,dan Celine itu pacarnya. Kasian dia Vir, dia ingin bebas, ingin lepas dari kejaran para fans-nya. Apa kamu nggak sadar? Dia tuh nggak mau hidupnya di recokin sama  orang – orang .  Dia punya privasi yang seharusnya bias di hargai oleh semua orang.”
“Loe tahu nggak Shil. Omongan loe itu kayak nasi yang di diemin dua hari. Basi tau nggak.”
“Terserah kamu deh Vir kamu mau percaya sama aku apa nggak yang penting aku udah ngingetin kamu. Jangan Cuma gara – gara seorang Fiko persahabatan kita selama bertahun – tahun jadi hancur. Sumpah pikiran kamu sependek itu, aku bener – bener nggak nyangka.”
“Emang persahabatan kita sudah hancur, setelah loe berkhianat sama gue dan Alya, Shil! Bilangnya loe nggak suka sama Fiko tapi nyatanya? loe Munafikk.”
“Kamu nggak paham atau gimana sih Vir. Aku capek debat sama kamu. Terserah gimana kamu nganggep aku. Yang penting aku nggak munafik kayak yang kamu pikirin. Kamu kayak anak kecil yang nggak bias berfikir dewasa.”
Tiba – tiba di tengah panasnya suasana saat aku berantem sama Virly, Alya dating dan mencoba melerai kami berdua.
“Kalian sampai kapan berantem terus. Aku sedih tahu kalian kayak gini. Jangan Cuma gara – gara kak Fiko persahabatan kita hancur. Masih banyak cowok ganteng di luar sana yang antri buat dapetin cinta kalian.” Ujar Allya diiringi isakan tangis. Air matanya terus berlinang membasahi pipinya.
“Sebenernya aku juga nggak mau begini Al. Aku pengen kita kumpul seperti dulu.” Jawabku lirih.
“Halah nggak usah munafik loe Shil . Loe bilang nggak ingin persahabatan kita hancur, tapi kelakuan loe ke kak Fiko secara tidak langsung membuktikan bahwa loe itu bermuka dua. Coba loe dulu nggak bilang kalau loe nggak bakal suka sama kak Fiko pasti gue nggak akan sebenci ini sama loe, loe tau kan gue paling nggak suka sama orang Munafik.”
“Virly!!!!! Cukup kamu bilang kalau aku Munafik, aku nggak munafik. Ok kalau mau kamu dan semua orang di sekolah ini aku jauhin Fiko. Aku bakal pindah dari sekolah ini. Sekarang loe puas!”  pungkasku meninggalkan Virly dan Alya yang masih saja menangis tersedu – sedu.

***
Kring .... kring....kring .... Bel istirahat berbunyi kini tiba saatnya untuk mengisi perutku yang kosong karena seharian mengikuti pelajaran yang menurutku menyenangkan, tapi tidak untuk teman – teman sekelasku yang baru . Mereka bahkan benci dengan mata pelajaran yang satu ini yaitu MATEMATIKA. Entah mengapa mereka semua benci dengan bidang study yang satu ini. Tetapi bagiku meninggalkan pelajaran yang satu ini ibarat berjalan tanpa kedua mata, bias di bayangkan jika kita berjalan dengan mentup ke-dua mata kita, pasti kita akan menabrak, begitulah pentingnya Matematika buatku. Sangat naïf jika siswa yang bersekolah di International High School tidak mampu mengembangkan pola pikirnya. Hingga mereka memilih untuk bersenang – senang dengan kehidupan remajanya. Aku dulu juga pernah terjun didunia mereka, tetapi  kini tidak lagi karena aku sudah kehilangan teman terbaikku. Banyak memang teman – teman yang tak kalah menyenangkan ,tetapi bagiku Virly dan Alya lah teman terbaikku saat ini. Kadang aku merasa telah membuang waktuku sia – sia hanya untuk merenungi hal yang sudah terjadi. Dan akupun sadar waktu tidak akan mungkin berputar. Hellooo ini bukan dunia dongeng. Kita harus berpikir realistis. Oke kita lupakan masalah tentangVirly. Tanpa sadar aku sudah cukup lama terpaku dalam lamunan. Akupun beranjak dari tempat dudukku.
Kakiku pun mulai ku langkahkan untuk meninggalkan kelas menuju kantin sekolah ,waktu istirahat memang sangat berarti bagi ku. Kantin sekolah sangat ramai penuh sesak , ingin rasanya aku menyeka setiap orang yang bergerombol menutupi ibu kantin. Rasa lapar di perutku semakin tak tertahankan, setelah beberapa jam mengikuti pelajaran yang menurutku guruya sangat lucu dan mengundang tawa. Lagi dan lagi, hari ini terpaksa aku harus mencari makan di luar sekolah. Karena tidak kebagian sebutir nasipun di semua kantin sekolah. Kakikupun mulai melangkah meninggalkan hiruk pikuk kantin sekolah yang penuh dengan lautan manusia. Aku terus berjalan menyeka setiap orang yang manghalangi jalanku.
 “Shila....” (seseorang memanggilku dari belakang. Suara itu tidak asing lagi untuk terdengar di telingaku)
“Alya!! Kamu ngapain kesini?”  Balasku terkejut melihat Alya berada di depan mataku saat ini.
“Aku sengaja nyusulin kamu ke sini. Aku mau ngelurusin masalah kamu sama Virly.”
“Aku capek bahas masalah itu lagi Al. Masalahku sudah terlalu banyak,  jangan di tambah lagi, aku mohon.lagi pula masalah itu sudah beberapa bulan silam”
“Iya aku tahu, tapi apa salahnya kalau kamu jelasin pelan – pelan samaVirly, siapa tahu dia akan luluh dan kita bias bersahabat lagi kayak dulu.”
 “Mau di apakan lagi Al. Akupun bingung dengan sikap Virly yang begitu dingin kepadaku. Aku sudah berusaha menjelaskan kepada Virly berulang – ulang , tetapi dia tidak mau mendengarkan penjelasanku.” Jelasku.
Aku danAlya  berjalan menuju taman belakang sekolah. Malas sekali rasanya jika aku terus – terusan membahas masalah yang tidak ada ujung pangkalnya. Mau diapakan juga ,aku dan Virly tidak akan bias lagi untuk berdamai, bersapa dengannya pun sudah mustahil. Karena sejak peristiwa itu dia memutuskan untuk mengakhiri persahabatan denganku.
“Shil.” (Alya memulai pembicaraan)
“Hmmm.” Jawabku sambil menikmati snack yang ku beli di depan sekolah tadi.
“Apa kamu bahagia dengan sekolah kamu yang baru ini?”
“Suka tidak suka, mau tidak mau, semuanya harus aku jalanin Al. Karena ini pilihanku. Lagi pula aku disini sudah menemukan sosok yang membuatku bahagia , dia menjadi penyemangatku.” Jawabku.
“Apa kamu tidak ingin baikan dan bersahabat lagi dengan Virly?” Tanya Alya
“Aku sebenarnya sangat sayang pada Virly , tapi apa boleh buat nasi telah menjadi bubur. Semuanya telah terjadi.” Balasku.
“Seharusnya kamu bias lebih dewasa menghadapi permasalahan ini.” Komentar Alya.
“Maksudmu kurang dewasa gimana, aku sudah berusaha menjelaskan masalah itu pada Virly. Tapi dia tetap pada pendiriannya untuk tidak mau mendengarkan aku. Menurutku malah dia yang kurang dewasa dia terlalu egois.” Jawabku kesal mendengar pernyataan Alya tadi.
“Aku tahu kamu sangat dekat dengan Virly  tapi kamu harus berfikir realistis Al, pada masalah ini siapa yang memperkeruh masalah dan siapa yang berusaha memperbaiki masalah.” Lanjutku dan aku mulai naik darah dengan obrolan itu.
“Iya aku tahu , tapi kita kan sudah sangat lama bersahabat. Dari SD sampai sekarang lo Shil  apa kamu tidak merasakan hal itu. Apa kamu tidak rindu dengan kebersamaan kita dulu?” Alya mencoba mencairkan suasana.
“Aku...”
Kringg...... Kringgg... Kringgg... bel tanda masuk berbunyi. Aku mengakhiri obrolan dengan Alya .
“Aku ke kelas dulu Al. Lebih baik kamu pulang saja.” Tutup pembicaraanku dengan Alya.
Alya hanya mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Mungkin dia menganggap aku egois atau apalah, aku gak perduli. Akupun berlari meninggalkan Alya yang terpaku di kursi taman.
            Perkataan Alya tadi sangat mengganggu pikiranku. Empat jam pelajaran aku lewati dengan pikiran kosong. Memang benar ragaku ada di kelas, tetapi pikiranku melayang meresapi setiap kata yang di lontarkan Alya kepadaku. Mungkin yang dikatakan Alya benar aku yang terlalu egois tidak bias menyelesaikan masalah sehingga sahabatku membenciku. Semua ini tidak akan terjadi jika orang itu tidak hadir pada kehidupan kita. Orang yang telah merecoki persahabatanku dengan Virly yang telah kubina selama bertahun – tahun lamanya.
Di sekolah baruku aku mulai beradaptasi dengan lingkungan sekolah. Ada satu orang yang berhasil mencuri perhatianku dia membuatku penasaran dan ingin menggali lebih jauh tentang pribadi dia. Namanya Verry Syahreza, tetapi biasanya di panggil Eza. Dia orang yang sangat pendiam dan cuek tetapi kelihatannya dia cukup pintar, karena dia sangat paham akan ilmu sejarah.
 Satu hal yang menjadi tujuan hidupku, menjadi orang yang berguna dan mampu berfikir logis. Berkelana mencari jati diri, berusaha sekuat mungkin mencoba mengenali diriku sendiri, karena bagiku sebelum kita mengenal orang lebih jauh aku harus mengenal sifat dan watakku sendiri. Aku hanya manusia yang lemah tanpa daya dan kekuatan, hanya secerca tumpuan yang mengantarkan aku mampu berdiri di atas kedua kakiku. Pengalamanku di sekolah lama telah menjadi pelajaran hidup yang sangat berharga untukku, menjadi pecut cambuk untuk diriku agar tidak salah jalan lagi. Meskipun itu semua hanya seuah kesalahpahaman.
“Eza!” Sapaku.
“Iya. Ada apa?” Jawabnya singkat tanpa basa – basi.
“Aku boleh duduk di sini?”
“Silahkan saja. Ini tempat umum, jadi siapapun boleh duduk disini, termasuk kamu.”
Jawaban Eza tadi mengingatkan aku pada perkataanku kepada kakak kelasku dulu di Sekolahku yang lama , sangat singkat tapi benar – benar membuatku tercengang.
“Kamu lagi ngapain?” tanyaku padanya.
“Kamu tidak lihat aku sedang membaca buku. Tolong  jangan ganggu konsentrasiku. Kamu bias diam kan?”
“Maaf kalau aku ganggu.” Aku pegi meninggalkan Eza yang bersikap dingin kepada-ku.
Eza benar – benar beda dari yang lain sifatnya yang dingin itulah yang membuatku penasaran.
            Ponselku bergetar, ada pesan masuk, entah dari siapa, pesan itu berbunyi, “ Suksess yha Shil. Abang tahu kamu lagi ada masalah sama Virly dan Alya. Jangan menyerah Semangat teruss, Abang tahu kamu kuat. Jangan lupa sholat, inget terus sama Allah. Ma’afin abang selama ini sudah berprasangka buruk sama kamu. Sekali lagi ma’afin Abang. My lovely sister,nya abang kan kuat. Fighting J J .”
Tanpa ragu aku membalas pesan bang Hamka,” Alhamdulillah bang Hamka nggak marah lagi sama Shila. Bunda cemas sama Abang, Abang cepat pulang ya bang. Shilla sayang Abang . Miss You My Brother <3 .”
“Secepatnya Abang akan pulang dek. Salam buat ayah dan bunda.”
***
            Setelah sekian lama hamper satu tahun lamanya aku coba menarik perhatian Eza, akhirnya aku dekat juga dengannya. Penantian yang lama aku tunggu dan terpendam akhirnya muncul di hadapanku, benar kata orang – orang semua akan indah padawaktunya, perlahan – lahan kedekatan itu semakin mendalam. Detik demi detik waktu bergulir. Kita melalui waktu bersama, bertukar cerita pribadi, berbagi suka duka kehidupan , saling mendalami perilaku masing  - masing, tanpa merasa lelah aku mendengar seluruh jeritan hatinya, mengupas habis setiap sudut bahan perbincangan.
            Hatiku selalu gembira punya sahabat dekat seperti Eza. Rasanya burung – buung ikut bernyanyi , bunga – bunga pun nampak tersenyum manis kepadaku tatkala melihat aku dan Eza mengarungi waktu bersama, hatiku terasa mekar kembali bak terhibur symphony indah disisiku. Aku yakin hidupku akan bahagia bersama Eza. Sejak pertama kali aku melihat dan menatap paras wajah Eza yang memancarkan cahaya,aku merasakan sesuatu yang beda, entah sesuatu apa itu, sesuatu yang mampu membuat seluruh urat nadi yang tersambung bagaikan kabel listrik di tubuhku berhenti mengalirkan darah, pantaskah aku menamai sesuatu itu dengan sebutan rasa?
            Hari yang sangat cerah ini merupakan hari yang sangat buruk bagiku, aku mendapatkan kenyataan yang begitu memilukan. Kenyataan itu mampu membuatku lemah tak berdaya, seluruh pembuluh darahku seakan – akan berhenti mengalirkan darah, jantungku terasa berhenti berdenyut, paru – paruku seperti tak mu menghembuskan udarany. Ternyata Eza sudah mempunya tambatan hati idamannya, namanya Vita. Aku kenal sama dia karena dia adik kelas kita , dan dia juga adi kelas Eza di SD dulu. Dia berlaku baik kepadaku selama ini dia sering menyapaku. Aku tahu sifat Vita bagaimana, dia overprotective sama Eza, bahkan kalau ada cewek yang berani dekat sama Eza baik di dunia nyata maupun di dunia maya sekalipun dia tidak segan – segan untuk melabarak orang itu. Beberapa teman satukelasku telah menjadi korban ke-gilaan Vita, bahkan dia dijuluki Mulut Setan, karena mulutnya nggak bias di kontrolwaktu dia marah, mulutnya dengan mudah melontarkan kata – katakotor yang tidak sepatutnya di ucapkan.
            Sangat disayangkan Eza yang bias dikatakan cowok sempurna jatuh cinta sama gadis yang kelakuannya minus alias sangat tidak mempunyai tata karma, hatinya tidak secantik wajahnya. Percuma punya wajah cantik seperti bidadari kalau hatinya di penuhi dengan rasa dengki.
Ponselku bergetar, pesan masuk sari Eza berisi,” Sore Shil.”
Tanpa ragu dan bimbang aku langsung membalas pesan  dari Eza , jari – jari ku menari di atas keypad ponselku menorehkan huruf yang terangkai menjadi kata – kata ,”Sore juga, ada apa?”
Dengan kilat dan singkat Eza membalas,” Kamu tahu nggak , apa arti........
            Aku nggak habis piker dengan pesan Eza tadi, masak dia nggak peka bahkan nggak tahu tetang panggilan sayang tadi. Apakah dia sengaja bertanya itu padaku??  Sungguh sakit hatiku meratapi kenyataan ini. Rasanya seperti disiksa dengan ribuan cambukan . baru kali ini aku merasakan sakit yang sesungguhnya. Rasa sakit itu benar – benar telah merasuk ke dalam sukma kalbuku, merongrong dan mengendap di hatiku. Bertahun ku menanti cintaku pada Eza terbalas, tanpa syarat ku memuja dengan segenap jiwa dan ragaku. Penantianku sangat  panjang seperti tak akan pernah berakhir dan aku kini telah sampai di ujung batas kesabaranku. Aku merasa lelah sungguh aku merasa lelah. Adakah cahaya menemani setiap langkahku, kala ku melintasi jalan cinta tanpa temu...
            Seribu kali aku mencoba menghindari rasa sakit ini dan seribu kali juga aku mencoba tak kembali pada masalah ini. Namun langkahku menjadi kian matang dan pasti , kini aku hanya bias dan sanggup menatap bayangan Eza dalam cinta yang semu. Biarlah aku sendiri yang merasakan perih ini akan ku pendam dan akan ku bawa sampai akhir nafas dan hayatku.  Aku sadar hakikat cinta adalah melepaskan. Karena semakin sejati cinta, semakin tulus aku melepaskan cinta itu. Menurutku cinta itu adalah kepastian, sedangkan kata – kata dan tulisan seringkali di artikan sebagai omong kosong yang sama sekali tiada kebenarannya. Aku tidak akan pernah membenci Eza, seburuk apapun dia ,dimataku dia tetap yang terbaik, senantiasa menjadi juara hatiku dan menjadi kenangan terindah. Eza akan selalu tersimpan rapi dihati ini.mungkin inilah jalan takdir hidupku, mengagumi sesorang dan tak pernah mendapatkan balasan cinta, tetapi aku tidak apa – apa asalkan Eza bahagia aku, meskipun aku telah lama memendam perasaan cinta ini, mengharapkan Eza menjemput hatiku.
            Semua tentang kak Fiko, Celine, Alya , Virly dan Eza biarlah menjadi warna kehidupanku, menjadi dilema kehidupan yang sangat berharga, menjadi kerikil – kerikil kecil penghias sepanjang perjalananku mengabdi di dunia yang fana ini. Semua masalahku pada Virly biarlah waktu yang akan menjelaskannya. Tentang Kak Fiko kupasrahkan semua pada Sang pemberi kehidupan. Dan Eza adalah kenangan terindah yang pernah kumiliki. Biarkanlah semua masalah ini mengalir seperti air di sungai, suatu saat nanti air itu akan menemukan tempat di mana dia akan bermuara.  J Terimakasih Allah J


JJJ SELESAI JJJ